Rabu, 22 Agustus 2012

Saling memaafkan

"Pada hari ini jam 14.20, kakak mengatakan ade alay", Ashfiya berteriak, saat saudara-saudara dari pihak ibu mertuaku sedang berkumpul, "bukankah itu tidak boleh menghina atau mengejek dengan kata-kata yang tidak disukai, katanya. "Apa sih kamu dek, kata Syamila, kakak kan hanya bercanda. saat itu adalah hari ke 3 lebaran idul fitri 1433 H, Ashfiya dan Syamila sedang berkumpul dengan saudara sepupunya, dan Ashfiya berkata dengan gaya anak alay. lalu kakaknya berkata, "alay". Sudah menjadi kesepakatan diantara mereka untuk tidak menghina atau mengejek dengan kata-kata yang jelek atau panggilan yang tidak disukai. Akhirnya saya mengumpulkan kedua anak saya bersama istri, salah satu tradisi di keluarga kami adalah menyelesaikan masalah dengan bermusyawarah. lalu saya menanyakan kronologis kejadiannya.
Setelah tahu kejadiannya, saya menyampaikan bahwa inti dari kejadiannya adalah harus saling menghargai. adik harus hormat kepada kakak, kalau ada hal yang dianggap tidak mengenakkan,jangan langsung diumumkan di depan orang-orang, bisa bisikkan kepada ayah atau ibu. kepada kakak disampaikan, tolong jangan mengejek atau mengatakan sesuatu yang tidak disukai adiknya. kalau kakaknya saja mengejek atau menghina adik sendiri, gimana orang lain mau menghargai adik kita." kata saya sebagi orang tua mereka.
sekarang, kalian semua saling minta maaf dan saling memaafkan.

salah satu tradisi saat lebaran adalah meminta maaf, dari yang tua kepada yang muda dan sebaliknya, atau sesama teman sebaya. sungguh tradisi yang patut dilestarikan. Dalam kehidupan berkeluarga budaya meminta maaf dari orang tua kepada anak atau sebaliknya harus dibudayakan juga, demikian juga antara suami dan istri. budaya memaafkan adalah cara yang mudah dan murah untuk mewujudkan keluarga bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar