Selasa, 08 April 2008

Syamila

Kring, kring, kring... bunyi telpon berdering di kantor PT. Abilowo Djoyo Cattle Industries, Salatiga. Halo, bisa bicara dengan bapak Ikin? Dari mana bu? jawab operator, saya istrinya. oh, nanti saya akan panggil sebentar. Halo, ada apa say? ini A, aku udah masuk rumah sakit, udah terasa mules-mulesnya agak sering. Kalau begitu aku akan segera pulang lagi ke Bekasi, aku akan minta izin dulu sama pak Wid.

Pak, Istri saya udah mau melahirkan, jadi saya harus pulang lagi - waktu itu baru dua hari saya sampai di Salatiga. Gak apa-apa pak Ikin, segera saja. Dengan tergesa-gesa akhirnya saya pulang terlebih dahulu ke rumah dan segera menuju ke terminal. Dari Salatiga saya harus naik mobil ke Semarang terlebih dahulu. Ketika sudah sampai terminal Semarang saya mencari mobil yang hendak berangkat, lalu saya bertanya, "ke Jakarta Pak? Iya, kata orang tersebut. Langsung saja saya naik mobil tersebut dan kebetulan masih ada kursi yang kosong. Selama perjalanan, mobil tesebut berhenti-berhenti, berbeda dengan biasanya. Sampai akhirnya saya tahu, rupanya mobil tersebut tidak sampai ke Jakarta, tapi hanya sampai ke Tegal. Waktu itu hari sudah malam, dan mobil ke Jakarta selalu penuh, jadi aku harus menunggu lama. Sampai akhirnya saya dapat juga itu mobil yang ke Jakarta.

Dalam perjalanan hatiku tak menentu, senantiasa melihat jam tangan dan tidak sabar ingin cepat sampai. Ketika sampai di terminal Pulau Gadung, waktu sudah menunjukkan jam 5 pagi. Saya naik metro mini, kebetulan masih sangat kosong, jadi terpaksa ia harus berhenti-berhenti, Alhamdulillah saya sampai ke rumah di perumahan Duta Kranji Bekasi jam 5.30. Assalamu'alaikum, wa'alaikum salam, jawab papah mertuaku, A mba Ita ada di Rumah Bersalin, Aa sholat aja dulu. Setelah saya sholat, segera saya menuju rumah bersalin. Alhamdulillah, Aa udah sampai kata ibu mertuaku, kata bidan sih masih beberapa jam lagi A, jadi mamah mau pulang dulu yach, karena dari malam nggak tidur, kata ibu mertuaku, oh iya Mah nggak apa-apa. Akhirnya saya tunggu kelahiran anak pertama saya. 30 menit kemudian, istriku sudah siap melahirkan dan dibantu oleh bidan yang sudah berpengalaman, akhirnya istriku melahirkan anak pertamaku, tangis bayi yang memecah kegelisahan menjadi kebahagiaan yang tidak terkira.

Sosok bayi yang sempurna, dengan berat 2,7 kg, anakku lahir dengan selamat dan normal. Derai air mata bahagia menetes dari air mata kami berdua. Alhamdulillah, Ya Allah terimakasih atas anugerah yang telah Engkau berikan, langsung saya bersujud syukur. Rupanya sang bayi menunggu ayahnya yang jauh-jauh dari Salatiga menuju Bekasi. Ibu dan papah mertuaku, serta ayah dan ibuku turut senang dengan kelahiran anak kami. Dari pihak istriku, ini adalah cucu pertama bagi mertuaku, sedangkan bagi ayah dan ibuku ini adalah cucu yang ke 9. Kami berinama Afra Syamila Fathun Najah, yang artinya bulan purnama sebagai pembuka kesuksesan -karena pada saat itu tepat bulan purnama. Memang benar, setelah kelahiran putri pertama kami, kehidupan kami semakin membaik. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan begitu banyak nikmat, hingga kita tidak dapat menghitung-hitungnya.